Sepasang sinci atau Shénzhǔ 神 主 (Mandarin) atau papan arwah, terdiri dari dua bilah papan yang ditancapkan pada balok kayu sebagai kakinya. Pada bagian depan diukir dengan halus dan diwarnai dengan emas atau prada.
Sinci ini adalah milik seorang kapiten (suami dan istri) di suatu daerah di Jawa Tengah.
Pada bagian tengah biasanya terukir periode, jenis kelamin, marga dan nama yang meninggal, status atau gelar, dan nama anak-anaknya. Gelar didapat oleh pemuka Tionghoa di Hindia Belanda dengan memberi sumbangan atau ikut membangun fasilitas di Tingkok pada zaman dinasti Qing. Tidak semua pemuka mendapat gelar dari kaisar Tiongkok. Di Hindia Belanda para suami memakai gelar seperti mayor, kapiten, letnan atau lotia.
Kayu bagian bawah yang berfungsi sebagai alas dihiasi ukiran qilin, yang melambangkan seorang pejabat militer.
Terdapat sedikit keropos dibagian alas kayu.
Tinggi keseluruhan 35cm, lebar 15cm, tebal 8cm.
Terdapat keropos pada kayu alas nya karena usianya yang sudah sangat tua.
Disebelah kiri bawah terukir nama anak-anak keturunannya.
Terdapat papan yang dapat dilepas pada bagian belakang, sebagai ruang untuk menyelipkan kertas atau catatan tentang silsilah keluarga.
Sinci jarang atau sulit didapat dikarenakan pihak keluarga / keturunannya tidak rela melepaskan dan akan mempertahankannya.
Sinci ini diletakan diatas meja altar di sebelah kakan dan kiri foto yang paling besar, dibelakang foto kecil dan vas bunga.
Kondisi pertama kali ditemukan, sangat kusam dan kotor. Ca 18th century, 100% original.
SOLD